TUJUAN PEMANGKASAN TANAMAN KOPI

Tanimedia ~ Berhasilnya suatu budidaya tanaman kopi dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, antara lain: iklim, kesuburan tanah, bahan tanam, pemeliharaan tanaman, dan sebagainya.  Salah satu faktor tindakan budidaya yang penting adalah pemangkasan tanaman kopi.

Pemangkasan Tanaman Kopi
Buah kopi terbentuk pada cabang-cabang lateral (primer atau sekunder) yang merupakan produk dari pertumbuhan vegetatif. Pada prinsipnya pemangkasan tanaman kopi bertujuan untuk mengatur pertumbuhan vegetatif tanaman kopi ke arah pertumbuhan generatif yang lebih produktif.  Pemangkasan bertujuan mengatur tanaman kopi agar tidak hanya menghasilkan banyak cabang dan daun, tetapi juga menghasilkan banyak buah.

JENIS-JENIS POHON PENAUNG KOPI

Lamtoro; Penaung Tetap Tanaman Kopi
Tanimedia ~ Sampai saat ini belum ditemukan jenis pohon penaung yang bisa memenuhi seluruh persyaratan pohon penaung.  Namun beberapa jenis tanaman mempunyai sifat yang hampir memenuhi persyaratan sebagai pohon penaung.  Masing-masing  pohon penaung mempunyai kelemahan sehingga pemilihan jenis pohon penaung harus tepat.  Salah satu persyaratan pohon penaung adalah sesuai dengan kondisi iklim.

Pohon penaung yang umum digunakan pada tanaman kopi adalah penaung sementara dan penaung tetap. Tanaman penaung sebaiknya dari jenis tanaman leguminosa, yang dapat menambat nitrogen pada akar-akarnya sehingga mening-katkan kandungan nitrogen tanah melalui daun-daun yang gugur.

KEBUTUHAN POHON PENAUNG PADA TANAMAN KOPI

Naungan Tanaman Kopi
Tanimedia ~ Tanaman kopi dapat ditanam dengan atau tanpa penaung.  Tetapi sebagian besar tanaman kopi ditanam dengan penaung walaupun dengan intensitas yang berbeda.  Tanaman kopi menghendaki sinar matahari tidak penuh dengan penyinaran teratur.  Adanya penyinaran yang tidak teratur mengakibatkan pertumbuhan tanaman dan pola pembungaan menjadi tidak teratur serta tanaman cepat berbuah tetapi produksinya rendah dan cepat menurun.  Tanaman kopi memerlukan pohon penaung yang dapat mengatur intensitas sinar matahari sesuai yang dikehendaki tanaman kopi.

PANEN BUAH KOPI

Panen Buah Kopi
Tanimedia ~ Tanaman kopi yang dipelihara dengan baik sudah berproduksi pada umur 2,5 – 3 tahun bergantung pada iklim dan jenis tanaman kopi.  Tanaman kopi robusta mulai berproduksi pada umur 2,5 tahun, sedangkan kopi arabika mulai berproduksi pada umur 2,5 – 3 tahun.  Tanaman kopi yang ditanam pada dataran rendah berbuah lebih cepat dibandingkan pada dataran tinggi.

PROSPEK KOMODITAS KOPI NASIONAL

Prospek Komoditas Kopi
Tanimedia ~ Bagi petani, kopi bukan hanya sebagai minuman segar dan berkhasiat, tetapi mempunyai arti ekonomi yang cukup penting.  Kopi menjadi sumber pendapatan bagi para petani. Tanaman kopi tersebar di Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi, dan Nusa Tenggara Timur.  Sebagian besar (95,9%) diusahakan dalam bentuk perkebunan rakyat dan sisanya 4,1% berupa perkebunan besar baik oleh PTP Nusantara maupun swasta yang  sebagian besar terdapat di Jawa Timur dan Jawa Tengah.

KOPI ROBUSTA

Pohon Kopi Robusta
Tanimedia ~ Pada tahun 1878 timbul serangan penyakit karat daun yang diperkirakan berasal dari Sri Langka dan menyebar cepat ke seluruh perkebunan kopi di Jawa.   Karena sulit dikendalikan, maka sejak tahun 1900 dikembangkan kopi jenis robusta (Coffea canephora) yang relatif tahan terhadap penyakit karat daun.   Jenis kopi robusta ini kemudian berkembang pesat hampir ke seluruh wilayah Indonesia.

KOPI LIBERIKA

Daun Kopi Liberika
Tanimedia ~ Kopi Liberika (Coffea liberica) dimasukkan ke Indonesia tahun 1875, sebagai usaha untuk mengatasi penyakit karat daun yang pada waktu itu telah menghancurkan perkebunan kopi di Indonesia dan Sri Langka.  Jenis kopi Liberika berasal dari dataran rendah Monrovia di daerah Liberika.  Kopi Liberika penyebarannya sangat cepat pada waktu kopi Arabika diserang Hemileia vastatrix, sebab jenis kopi ini diperkirakan tahan terhadap Hemileia vastatrix, akan tetapi ternyata tidak memenuhi harapan sehingga jenis kopi Liberika diganti dengan jenis kopi Robusta.

KOPI ARABIKA

Buah Kopi Arabika
Tanimedia ~ Asal kopi Arabika adalah pegunungan Ethiopia (Afrika). Di negara asalnya kopi tersebut tumbuh baik secara alami di hutan-hutan pada dataran tinggi sekitar 1.500 - 2.000 m dari permukaan laut.  Sejak tahun 575 kopi tersebut tersebar ke negara Arab 575.  Tetapi baru pada abad XV, yaitu pada tahun 1450 kopi itu menjadi minuman seperti sekarang. 

Kopi Arabika (Coffea arabica) pertama sekali dibawa ke Jawa pada tahun 1696 oleh bangsa Belanda.  Tanaman ini ternyata mati semua akibat banjir, sehingga pada tahun 1699 didatangkan lagi bibit-bibit baru.  Percobaan penanaman kopi pada mulanya dilakukan di sekitar Jakarta.  Setelah percobaan penanaman di daerah ini berhasil, kemudian biji-biji kopi itu dibagi-bagikan kepada para Bupati di Jawa Barat untuk ditanam di daerah masing-masing, ternyata hasilnya pun baik.

MORFOLOGI BUAH KELAPA SAWIT

Buah Kelapa Sawit
Tanimedia ~ Buah sawit mempunyai warna bervariasi mulai dari hitam, ungu, hingga merah tergantung pada varietas tanamannya. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari setiap ketiak pelepah daun. Dalam satu tandan, umumnya terdapat sekitar 2.000 buah sawit dengan tingkat kematangan yang bervariasi.  Tandan yang dianggap matang atau layak panen adalah tandan yang telah berwarna merah jingga. Warna tersebut timbul karena meningkatnya kandungan karotena (pigmen warna merah alami) yang berada di bagian kulit buah sawit yang matang.  

Morfologi Daun, Batang, dan Akar Kelapa Sawit

Daun Kelapa Sawit
Tanimedia ~ Morfologi tanaman kelapa sawit perlu diketahui agar kita dapat menentukan perlakuan-perlakuan yang tepat untuk pemeliharaan kelapa sawit baik di TBM maupun di TM. Berikut kami jelaskan tentang morfologi tersebut.

Daun
Daun kelapa sawit tersusun majemuk menyirip membentuk satu pelepah yang panjangnya antara 7,0--9,0 m, dimana jumlah anak daun setiap pelepah berkisar antara 250--400 helai.  Pada pohon kelapa sawit yang dipelihara, dalam satu batangnya terdapat 40--50 pelepah daun, sedangkan untuk kelapa sawit liar jumlahnya bisa mencapai 60 pelepah.  Daun muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat, sedangkan daun tua berwarna hijau tua dan segar.  Tanaman kelapa sawit tua membentuk 2--3 pelepah daun setiap bulannya, sedangkan tanaman muda menghasilkan 4--5 daun setiap bulannya.  Produksi daun per-bulan dipengaruhi oleh faktor umur, lingkungan genetik, dan iklim.

Luas permukaan daun sangat berpengaruh terhadap produktivitas hasil tanaman.  Semakin luas permukaan daun maka produktivitas hasil tanaman akan semakin tinggi. Hal ini terjadi karena proses fotosintesis akan berjalan dengan baik pada jumlah daun yang banyak, namun luas permukaan daun yang melebihi titik optimal justru dapat menyebabkan laju transpirasi tanaman tinggi, pemborosan fotosintat untuk pertumbuhan vegetatif daun, dan penurunan produktivitas hasil tanaman.  Proses fotosintesis akan optimal jika luas permukaan daun mencapai 11 m2. 

Luas daun tanaman kelapa sawit dapat dihitung dengan rumus  sebagai berikut:

A = P . L . k

Keterangan :
A = Luas daun (cm2),
P = Panjang daun (cm),
L = Lebar daun (cm),
k = konstanta;
  (a) 0,57 untuk daun belum membelah (lanset) pada pre nursery,
  (b) 0,51 untuk daun yang telah membelah (bifourcate).

Batang
Kelapa sawit tergolong tanaman yang memiliki biji keping satu (monokotil) oleh karenanya batang kelapa sawit tidak berkambium dan pada umumnya tidak tumbuh bercabang, kecuali pada tanaman yang tumbuh abnormal. Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus (phototropi) dan dibungkus oleh pelepah daun. Bagian bawah batang umumnya lebih besar dibanding bagian atasnya. Hingga umur tanaman tiga tahun, batang kelapa sawit masih belum dapat terlihat karena masih terbungkus oleh pelepah daun.
Batang Kelapa Sawit

Setiap tahun, tinggi batang kelapa sawit bertambah pada kisaran 45 cm tergantung umur tanaman, ketersediaan hara, keadaan tanah, iklim, dan genetik tanaman.  Tinggi tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan maksimum mencapai 15--18 m, sedangkan kelapa sawit liar tingginya dapat mencapai 30 m.

Akar
Kecambah kelapa sawit yang baru tumbuh memiliki akar tunggang, tetapi akar ini akan mati  pada umur 2 minggu setelah penanaman di pre-nursery dan akan segera digantikan oleh akar serabut.  Akar serabut memiliki sedikit percabangan, membentuk anyaman rapat dan tebal. Sebagian akar serabut tumbuh  urus ke bawah dan sebagian tumbuh mendatar ke arah samping. Jika aerasi dan drainase cukup baik akar tanaman kelapa sawit dapat menembus hingga kedalaman 8 meter didalam tanah, sedangkan yang tumbuh ke samping biasanya mencapai radius 16 m. Kedalaman ini  tergantung umur tanaman, genetik, sistem pemeliharaan, dan aerasi tanah.

Bunga (KLIK)

Morfologi Bunga Kelapa Sawit

Bunga Jantan Kelapa Sawit
Tanimedia ~ Kelapa sawit tergolong tumbuhan berumah satu (monoceous) yang berarti bunga betina dan bunga jantan terdapat dalam satu pohon, namun tidak berada pada tandan yang sama.  Walau demikian, kadang-kadang dijumpai pada satu tandan terdapat bunga jantan dan juga bunga betina (hermafrodit).

Bunga sawit muncul dari ketiak daun. Setiap ketiak daun hanya menghasilkan satu infloresen (bunga majemuk). Biasanya, beberapa bakal infloresen gugur pada fase-fase awal perkembangannya sehingga pada individu tanaman terlihat beberapa ketiak daun tidak menghasilkan infloresens.Perkembangan infloresen dari proses inisiasi awal sampai membentuk infloresen lengkap pada ketiak daun memerlukan waktu 2.5—3 tahun. Infloresen akan muncul dari ketiak daun beberapa saat menjelang antesis (penyerbukan). Pada tanaman muda (2—4 tahun), anthesis biasanya terjadi pada infloresen diketiak daun nomor 20, sedangkan pada tanamn tua (> 12 tahun ) biasanya terjadi pada daun lebih muda, yaitu sekitar infloresen pada daun nomor 15.

Bunga kelapa sawit merupakan bunga mejemuk yang terdiri dari kumpulan  spikelet dan tersusun dalam infloresen yang berbentuk spiral. Bunga jantan maupun bunga betina mempunyai ibu tangkai bunga (peduncle/rachis) yang merupakan struktur pendukung spikelet.  Umumnya dari pangkal rachis muncul sepasang daun pelindung  spikelet. Umumnya, dari pangkal rachis muncul sepasang daun pelindung (spathes) yang membungkus infloresen sampai dengan saat-saat menjelang terjadinya antesis. Dari rachis ini, terbentuk struktur  triangular bract yang kemudian membentuk tangkai-tangkai bunga (spikelets).

Infloresen dibedakan berdasar morfologi spikelet. Walaupun infloresen digolongkan sebagai “jantan” dan “betina”, kenyataannya infloresen betina juga menghasilkan bunga-bunga jantan; sedangkan infloresen jantan biasanyamempunyai beberapa bunga betina pada bagian dasar spikelet.  Berdasarkan irisan pada bunga yang belum mekar (immature), infloresen jantan dan infloresen betina berasal dari satu struktur yang sama. Inisiasi primordia stamen (organ jantan) dan karpel (organ betina) terbentuk secara bersamaan. Pada masa 3 bulan sebelum antesis, pertumbuhan salah satu bagian dari eklamin bunga akan terhenti sehingga satu jenis bunga yang dihasilkan dalam inflouresen.  Dalam beberapa kejadian, kadang-kadang gynoecium (organ betina) dapat berkembang bersama-sama dengan androecioum (organ jantan) pada spikelet jantan. Infloresen tersebut dinamakan infloresen andromorphous. Hal ini terutama terjadi pada tanaman-tanaman muda. Tipe infloresen hermafrodit yang lain kadang-kadang ditemukan pada spikelet jantan meupun spiket  betina. Selain itu, infloresen hermaflodit juga bisa berupa infloresen yang membentuk spikelet betina pada bagian bawah, sedangkan pada bagian ujungnya berupa spikelet  jantan. Infloresen campuran hanya terjadi selama perubahan siklus pembungaandari fase betina ke fase jantan, di mana infloresen andromorphous biasanya muncul. Infloresen campuran dapat terjadi baik pada akhir fase jantan maupun fase betina.

Pemeliharaan Piringan dan LCC pada TBM Kelapa Sawit

Piringan Kelapa Sawit
Tanimedia ~ Piringan (bokoran, circle weed) adalah area di sekeliling tanaman pada radius kurang dari 1,5 m.  Dalam budidaya kelapa sawit, piringan harus terus dipelihara agar selalu dalam keadaan bebas dari gulma.  Selain untuk meminimalisasi persaingan dalam mendapatkan unsur hara antara tanaman dan gulma, pemeliharaan piringan juga penting dilakukan untuk menghindari kerusakan tanaman akibat efek negatif gulma, mendukung kegiatan pemeliharaan tanaman lainnya, dan mempermudah kegiatan pengawasan dan panen pada fase tanaman menghasilkan.  

Pemeliharaan piringan dilakukan dengan membersihkan gulma yang terdapat di dalam radius 1,5 m dari tanaman baik itu dilakukan secara mekanis seperti dikored, dibabat, dan dicangkul, maupun secara kimiawi dengan aplikasi herbisida.  Untuk tanaman yang berumur kurang dari 3 tahun, pemeliharaan piringan sebaiknya dilakukan secara mekanis. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kerusakan daun, karena penggunaan herbisida sangat berisiko merusak daun-daun muda tanaman.

Pemeliharaan piringan dilakukan dengan rotasi 1—2 bulan sekali tergantung kebutuhan.  Umumnya, pada musim hujan rotasi pemeliharaan piringan dilakukan lebih rapat karena pertumbuhan gulma akan lebih cepat dibandingkan musim kemarau.

Legume Cover Crop Jenis Mucuna bracteata
LCC yang tumbuh merambat di gawangan selain memberikan banyak keuntungan bagi tanaman, keberadaanya yang tidak terkendali juga dapat menimbulkan kerugian seperti pertumbuhan sulur yang merambat ke arah piringan tanaman hingga membelit pelepah dan pohon kelapa sawit.  Keadaan ini akan menyulitkan kegiatan pemeliharaan lainnya seperti pengendalian gulma, pemeliharaan piringan, penunasan dan kastrasi, serta pemupukan.  Pemeliharaan LCC mutlak perlu dilakukan untuk menghindari hal tersebut.  Pemeliharaan dilakukan dengan mengendalikan arah tumbuh sulur agar tidak merambat ke arah piringan tanaman. Sulur- sulur LCC yang merambat ke arah piringan harus dirubah arahnya gar tidak masuk ke dalam area piringan, sedangkan untuk sulur yang sudah menjalar di area piringan atau bahkan sudah membelit tanaman kelapa sawit perlu dipangkas.

Manajemen Olah Angkut Panen Karet

Pengumpulan Lateks di TPH
Mediatani ~ Kegiatan sadap harus dilakukan dengan cermat dengan memperhitungkan jumlah tenaga harus agar cukup sesuai dengan hanca. Apabila ada penyadap yang tidak masuk maka harus segera dicarikan penggantinya. Tidak ada istilah pohon tidak tersadap baik karena kurang penyadap atau pohon terkena mati kulit. Apabila di pertengahan kegiatan sadap ada tanda-tanda turun hujan maka lateks yang ada harus segera diambil agar  tidak tercampur air hujan dan menggumpal. Adapun jika terjadi hujan seharian sehingga tidak dimungkinkan menyadap pada hari tersebut maka pada hari setelahnya harus dilakukan recovery. 

Recovery yaitu  menaikkan target sadapan per orang sampai kuota target bulanan tersebut terpenuhi. Pengambilan lateks dilakukan dua kali yaitu pada pukul 11:30 dan 15:30. Sedangkan pengambilan CL (cup lump) dilakukan pada pagi hari selanjutnya untuk kemudian dikumpulkan dan ditimbang di TPH (tempat pengumpulah hasil).  Lateks yang telah terkumpul selanjutnya dibawa ke pabrik menggunakan truk untuk kemudian diolah.

Sebab-sebab Timbulnya Serangan Hama pada Tanaman

Burung Emprit; Si Hama Tanaman Padi
Tanimedia ~ Serangan hama pada tanaman dapat terjadi apabila terdapat sebab-sebab yang terjadi. Sebab-sebab tersebut dirangkum menjadi 8 variabel yang antara lain:

1. Tingkat Keragaman Ekosistem
Tingkat keragaman ekosistem adalah banyaknya spesies-spesies tanaman yang diusahakan pada suatu areal agroekosistem dan pada waktu yang sama.  Bila satu spesies saja yang diusahakan disebut monokultur, sedang bila lebih dari satu spesies disebut polikultur.  Sistem pertanaman beranekaragam (polikultur) berpengaruh terhadap keragaman spesies dan populasi herbivora (hama).  Pengaruh tersebut ada yang menguntungkan yaitu dapat mengurangi populasi serangga hama, namun ada yang merugikan karena dapat meningkatkan populasi hama tertentu.  Umumnya pada pertanaman polikultur, jumlah spesies-spesies herbivora poliphag lebih tinggi dibandingkan dengan spesies monophag.  Hal ini berkaitan dengan kemampuan mencari inang.  Pada agroekosistem beragam spesies monophage mengalami kesulitan untuk menemukan inangnya, sehingga akan berdampak pada menurunnya laju imigrasi dan kolonisasi.  Faktor-faktor lain seperti kesukaan akan tanaman inang tertentu (preferensi), kecepatan memilih tanaman inang, adanya musuh alami juga sangat berpengaruh. Populasi spesies predator dan parasitoid cenderung lebih tinggi pada pola pertanaman polikultur dibandingkan dengan monokultur.  Hal ini berkaitan dengan ketersediaan nektar (madu), mangsa (bagi predator) dan host (bagi parasitoid) serta habitat mikro pada pertanaman polikultur.

2. Pengelolaan Tanaman
Pengelolaan tanaman (crop management) dengan kata lain teknik budidaya adalah aktivitas untuk menumbuhkan tanaman, yaitu mulai dari memilih benih, mengolah tanah, menyiram/mengairi, memupuk, menghendalikan gulma, mengatur jarak tanam, dan memanen.  Setiap tahap kegiatan tersebut memungkinkan berkembangnya hama tanaman tertentu setelah berada di areal pertanaman.

3. Varietas Unggul yang Rentan
Arah pemuliaan tanaman sering tidak memasukkan unsur daya tahan varietas terhadap serangan hama, yang diutamakan adalah sifat-sifat yang berhubungan langsung dengan potensi hasil yang maksimal, seperti umur pendek, tahan rebah, daun-daun tegak, responsif terhadap pupuk.  Masalah hama yang timbul dianggap dapat ditanggulangi dengan paket pestisida. Keterbatasan varietas unggul ini merupakan kelemahan yang selalu menyebabkan timbulnya masalah serangan hama.  

4. Keanekaragaman Genetik
Dalam ekosistem alami (misalnya hutan) interaksi antara tanaman inang dengan hamanya merupakan hal yang mantap.  Maksudnya tanaman yang tahan tetap mempertahankan sifat tahannya tersebut.  Lain halnya dengan varietas tanaman yang dibudidayakan yang  merupa-kan hasil pemuliaan, dimana daya tahan genetik varietas-varietas tersebut sempit atau ditentukan oleh gen tunggal, sehingga daya tahan varietas tersebut terhadap hama tertentu menjadi rentan.  Tekanan seleksinya terhadap populasi hama memaksa hama tersebut untuk beradaptasi dan menyeleksi dirinya dan berkembang menjadi biotipe/ras baru yang sanggup merontokkan daya tahan tanaman inang hasil pemuliaan tadi.  Dengan demikian timbullah masalah serangan hama yang bersangkutan yang kadang-kadang sulit dikendalikan. 

5. Menanam Satu Varietas Terus Menerus Tanpa Pola
Dengan tujuan untuk mencapai hasil yang maksimum ada sejumlah petani yang berusaha menanam  suatu varietas tanaman secara terus menerus sepanjang tahun, tanpa diikuti dengan penerapan pola tanam. Dengan demikian dalam hamparan lahan yang luas terdapat satu varietas tanaman dalam semua tingkatan umur dari semaian sampai tanaman siap panen.  Agroekosistem seperti ini menyediakan makanan dalam jumlah yang cukup dan terus menerus bagi hama-hama tanaman, sehingga hama-hama dapat tumbuh dan berkembang biak dengan baik mencapai jumlah populasi yang merusak atau merugikan secara ekonomis.

6. Musim Tanam yang Salah
Pada tanaman semusim, musim tanam di suatu daerah tidak selalu sama, namun selalu berkaitan dengan ketersediaan air.  Pada daerah irigasi musim tanam tergantung dari tersedianya air pada sumber dan saluran irigasi, sedangkan di daerah yang tidak beririgasi musim tanam tergantung dari kapan hujan mulai turun (musim hujan). Penanaman yang terlalu cepat atau terlambat umumnya akan menimbulkan masalah serangan hama tertentu, namun sebaliknya keterlambatan penanaman dapat menghindari serangan hama tertentu.  Jadi dalam hal fenologi umur tanaman dengan serangan hama perlu dipelajari secara kasus per kasus.

7. Immigrasi
Makhluk-makhluk hidup, termasuk yang tergolong hama, mampu bermigrasi dari suatu tempat ke tempat lain, sering sampai melewati batas-batas negara yang melalui rintangan geografis yang luas.  Migrasi yang terjadi dapat secara aktif dengan tenaga sendiri, ataupun pasif dengan bantuan angin, terbawa barang yang dikirim antar negara, terbawa kendaraan dan lain sebagainya. 
Setelah sampai di tempat yang baru hama-hama tersebut membentuk asosiasi yang baru dengan inangnya.  Bila inangnya tidak memiliki daya tahan alamiah dan tidak terdapat musuh alami yang efektif, maka populasi hama tadi dapat berkembang sehingga menjadi wabah.  Misalnya, hama kutu loncat lamtoro (Heteropsylla cubana) pertama kali ditemukan di daerah Bogor sekitar bulan Maret 1986, hanya dalam beberapa bulan saja dilaporkan sudah tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia dan berkembang menjadi wabah yang mematikan sampai ratusan ribu pohon lamtoro.

8. Dampak Negatif Penggunaan Pestisida
Penggunaan pestisida sering menimbulkan masalah baru seperti membunuh organisme bukan sasaran (parasitoid dan predator), resistensi dan resurgensi hama, serta perubahan fisiologi tanaman.  Hal-hal tersebut dapat menyebabkan tingginya populasi hama di lapangan.

Terminologi dan Segitiga Penyakit

Segitiga Penyakit Tanaman
Tanimedia ~ Dari sudut biologi, penyakit adalah penyimpangan dari sifat normal yg menyebabkan tumbuhan atau bagian tumbuhan tidak dapat melakukan kegiatan fisiologinya dengan normal. Sedangkan dari sudut ekonomi, penyakit adalah Ketidakmampuan tumbuhan untuk memberikan hasil yang cukup, baik dari kuantitas maupun kualitasnya.

Penyakit yang Menguntungkan
Ada beberapa penyakit yang justru memberikan keuntungan dalam kegiatan budidaya. Penyakit ini contohnya bunga tulip yang terserang virus tertentu akan memiliki mahkota yang belang-belang warna warni, namun dengan terserangnya bunga tulip tersebut justri mambuat harganya semakin tinggi (sudut I tan disebut sakit, sudut ke 2 malah menguntungkan). Kemudian buah kecipir muda yang terserang Synchitium psophocarpi (karat palsu) tidak dianggap sakit karena lebih rapuh, berair, manis.

Penyebab Timbulnya Penyakit pada Tanaman
Penyakit pada tanaman dapat timbul apabila faktor-faktor pendukungnya tersedia dengan baik. Faktor tersebut dalam bahasa pertanian disebut dengan istilah "Segitiga Penyakit". Segitiga penyakit terdiri dari 3 faktor yakni:

1. Tanaman
Tanaman yang tidak mempunyai kekebalan dan kemampuan untuk menahan pengaruh patogen penyebab penyakit merupakan faktor pertama yang akan mendukung timbulnya penyakit.

2. Patogen
Adanya patogen yang mampu menimbulkan penyakit yang berat (virulen). Istilah patogen berasal dari bahasa Yunani Pathos berarti menderita atau iritasi (irritation) dan Genesis berarti asal. Cara patogen  mengambil makanan dibagi menjadi 2 yakni parasit adalah jasad yg mengambil sebagian atau seluruh makanannya dari jaringan hidup dan saprofit adalah jasad yg mengambil makanan yg diperlukannya dari jaringan yang sudah mati.

3. Lingkungan
Adanya lingkungan yang mendukung pertumbuhan patogen dalam menyerang tanaman.

Arti Penting Penyakit Tanaman

Penyakit Karat Daun Kopi
Tanimedia ~ Jumlah penduduk dunia di tahun 2013 ini ditaksir sekitar 6.973.738.433 jiwa, sedangkan 2.873.839.221 jiwa diantaranya berada dalam kekurangan pangan. Penyakit tumbuhan yamg berulang kali menimbulkan kerugian besar dalam kegiatan budidaya tanaman semakin memperburuk pasokan ketersediaan bahan pangan. Contohnya seperti pada abad ke-10 silam telah timbul penyakit tanaman mematikan penyebabnya tidak diketahui secara pasti, sehingga penyakit ini disebut penyakit api suci (holy fire) yang hingga akhirnya penyakit ini disebabkan oleh infeksi jamur Claviceps purpurea. Contoh lain adalah Jamur Phytophthora infestans yang pada tahun 1844 menyerang ratusan hektar kentang di Amerika Serikat, hingga akhirnya pada tahun 1845 penyakit ini merebak hingga perkebunan-perkebunan kentang yang ada di Eropa. Penyakit tanaman juga menyebabkan bencana kelaparan di Bangladesh. Bencana ini terjadi karena padi yang mereka tanam terserang oleh Drechslera oryzae, Helminthosporium oryzae. Saking mengerikannya, bencana ini hingga disebut “The Great Bengal Famine”.

Di Indonesia, penyakit tanaman juga menyebabkan banyak sekali kerugian. contohnya di sekitar awal abad 18 penyakit sereh merusak puluhan ribu hektare tebu di Pulau Jawa. Penyakit yang diduga disebabkan oleh virus ini akhirnya pada tahun 1930 dapat hilang setelah digalakkannya penggunaan varietas tahan POJ 2878 (varietas tebu ajaib). Selain itu, penyakit karat daun kopi yang ditimbulkan oleh jamur karat Hemileia vastatrix telah merusak kopi Indonesia disekitar tahun 1880, namun penyakit ini dapat dikendalikan dengan penggunaan varietas tahan yaitu Kopi Robusta. Penyakit tanaman juga menyerang pada komoditas hortikultura. Pada tahun 1950-an Citrus Vein Phloem Degenartion (CVPD) telah menyebabkan kemunduran produktivitas jeruk siam di Pulau Jawa.

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa penyakit tanaman menyebabkan banyak sekali kerugian, baik itu kerugian secara langsung maupun tidak langsung. Kerugian yang ditimbulkan dapat digolongkan sebagai berikut:

Mengurangi Kuantitas Hasil
Contohnya seperti penyakit karat daun kopi yang menyebabkan fotosintesis tanaman berjalan dengan tidak optimal yang mengakibatkan menurunnya hasil panen karena fotosintat yang dihasilkan lebih sedikit. Penyakit karat pada kedelai dapat mengurangi hasil hingga 40 – 90 %. Bercak coklat pada padi menurunkan hasil hingga 25 – 50 %. Penyakit karat jagung menurunkan hasil hingga 40 %.

Menurunkan Mutu Hasil
Penyakit tertentu menurunkan kualitas atau mutu tapi tidak mengurangi kuantitas.contohnya penyakit kudis Streptomyces scabies pada ubi jalar dan Podospora leuctricha kulit coklat pada buah apel.

Meningkatkan Biaya Produksi
Pengendalian penyakit pada tanaman tentu meningkatkan jumlah biaya yang dikeluarkan. Contohnya penyakit cacar pd teh (Exobasidium vecans) dikendalikan dengan penyemprotan oksiklorida tembaga 300 g per ha yg dilakukan 10 – 20 kali selama musim hujan.Selain itu, pada pengendalian penyakit jamur akar putih (Rigidoporus microporus, Fomes lignosus) pada karet diperlukan pembongkaran tunggul, pengalian selokan isolasi, dan pembukaan leher akar yang semuanya dilakukan dengan biaya yang tidak sedikit.

Kerusakan Hasil Tanaman
Penyakit yang timbul pada buah,sayuran, biji-bijian saat di lapangan akan terus berkembang selama dipenyimpanan. Contohnya penyakit Penicillium italicum (Kapang biru) dan P. digitarium pd jeruk.

Gangguan Pada Manusia
Penyimpanan kacang-kacangan yang disimpan di gudang  apabila terinfeksi jamur Aspergilus flavus dan Penicillium citrinum dapat menghasilkan zat racun berupa aflatoksin dan citrinin. Keduanya dapat menstimulsi terjadinya kanker pada hati hewan dan manusia yg memakannya

Tentang Kami

Tanimedia.blogspot.com adalah blog yang membahas topik seputar pertanian yang meliputi sektor budidaya tanaman pangan, tanaman perkebunan, tanaman hortikultura, ilmu tanah, ilmu hama, ilmu penyakit, ilmu gulma, serta sektor pengolahan hasil tanaman. 

Blog yang sederhana ini dibuat 1 Januari 2013 berdasar pada keinginan sang admin untuk saling bertukar informasi tentang pertanian guna memberi sedikit sumbangsih pada kemajuan pertanian di negeri agraris ini. Blog ini mungkin cocok untuk mereka yang bergerak di sektor pertanian seperti petani itu sendiri, penyuluh pertanian, siswa-siswa SMK pertanian, atau mahasiswa-mahasiswa pertanian sebagai bahan referensi maupun tambahan informasi.

Mari kita saling menjaga keutuhan blog ini agar tetap dapat memberikan hal-hal positif demi kemajuan bangsa Indonesia tercinta.


Salam hangat.
Tanimedia.blogspot.com
Admin

Daftar Isi









Kontak

Bagi Anda yang ingin memasang iklan di blog ini dapat menghubungi kami di
>> Facebook 
>> Twitter

Hubungan Hama dengan Tanaman

Berdasarkan hubungan tropik makanan antara hama dengan tanaman terdapat hubungan langsung, tanaman sebagai sumber nuitrisi bagi hama atau hama memerlukan nutrisi dari tanaman. Jadi hama sebagai konsumen dan tanaman sebagai produsen.

Ditinjau dari aspek serangga hama pada dasarnya ada 5 tahapan sehingga terjadi atau tidak terjadinya hubungan serangga hama dengan tanaman inang, kelima tahapan tersebut adalah : 

a. Penemuan habitat inang
Serangga hama menemukan habitat inang melalui cara-cara yang umumnya tidak ada kaitannya dengan inang itu sendiri.  Rangsangan fisik (cahaya, angin, gaya tarik bumi, suhu, kelembaban) membantu mengarahkan serangga yang sedang terbang pada tempat yang ada inangnya (habitat inang).