Sebab-sebab Timbulnya Serangan Hama pada Tanaman

Burung Emprit; Si Hama Tanaman Padi
Tanimedia ~ Serangan hama pada tanaman dapat terjadi apabila terdapat sebab-sebab yang terjadi. Sebab-sebab tersebut dirangkum menjadi 8 variabel yang antara lain:

1. Tingkat Keragaman Ekosistem
Tingkat keragaman ekosistem adalah banyaknya spesies-spesies tanaman yang diusahakan pada suatu areal agroekosistem dan pada waktu yang sama.  Bila satu spesies saja yang diusahakan disebut monokultur, sedang bila lebih dari satu spesies disebut polikultur.  Sistem pertanaman beranekaragam (polikultur) berpengaruh terhadap keragaman spesies dan populasi herbivora (hama).  Pengaruh tersebut ada yang menguntungkan yaitu dapat mengurangi populasi serangga hama, namun ada yang merugikan karena dapat meningkatkan populasi hama tertentu.  Umumnya pada pertanaman polikultur, jumlah spesies-spesies herbivora poliphag lebih tinggi dibandingkan dengan spesies monophag.  Hal ini berkaitan dengan kemampuan mencari inang.  Pada agroekosistem beragam spesies monophage mengalami kesulitan untuk menemukan inangnya, sehingga akan berdampak pada menurunnya laju imigrasi dan kolonisasi.  Faktor-faktor lain seperti kesukaan akan tanaman inang tertentu (preferensi), kecepatan memilih tanaman inang, adanya musuh alami juga sangat berpengaruh. Populasi spesies predator dan parasitoid cenderung lebih tinggi pada pola pertanaman polikultur dibandingkan dengan monokultur.  Hal ini berkaitan dengan ketersediaan nektar (madu), mangsa (bagi predator) dan host (bagi parasitoid) serta habitat mikro pada pertanaman polikultur.

2. Pengelolaan Tanaman
Pengelolaan tanaman (crop management) dengan kata lain teknik budidaya adalah aktivitas untuk menumbuhkan tanaman, yaitu mulai dari memilih benih, mengolah tanah, menyiram/mengairi, memupuk, menghendalikan gulma, mengatur jarak tanam, dan memanen.  Setiap tahap kegiatan tersebut memungkinkan berkembangnya hama tanaman tertentu setelah berada di areal pertanaman.

3. Varietas Unggul yang Rentan
Arah pemuliaan tanaman sering tidak memasukkan unsur daya tahan varietas terhadap serangan hama, yang diutamakan adalah sifat-sifat yang berhubungan langsung dengan potensi hasil yang maksimal, seperti umur pendek, tahan rebah, daun-daun tegak, responsif terhadap pupuk.  Masalah hama yang timbul dianggap dapat ditanggulangi dengan paket pestisida. Keterbatasan varietas unggul ini merupakan kelemahan yang selalu menyebabkan timbulnya masalah serangan hama.  

4. Keanekaragaman Genetik
Dalam ekosistem alami (misalnya hutan) interaksi antara tanaman inang dengan hamanya merupakan hal yang mantap.  Maksudnya tanaman yang tahan tetap mempertahankan sifat tahannya tersebut.  Lain halnya dengan varietas tanaman yang dibudidayakan yang  merupa-kan hasil pemuliaan, dimana daya tahan genetik varietas-varietas tersebut sempit atau ditentukan oleh gen tunggal, sehingga daya tahan varietas tersebut terhadap hama tertentu menjadi rentan.  Tekanan seleksinya terhadap populasi hama memaksa hama tersebut untuk beradaptasi dan menyeleksi dirinya dan berkembang menjadi biotipe/ras baru yang sanggup merontokkan daya tahan tanaman inang hasil pemuliaan tadi.  Dengan demikian timbullah masalah serangan hama yang bersangkutan yang kadang-kadang sulit dikendalikan. 

5. Menanam Satu Varietas Terus Menerus Tanpa Pola
Dengan tujuan untuk mencapai hasil yang maksimum ada sejumlah petani yang berusaha menanam  suatu varietas tanaman secara terus menerus sepanjang tahun, tanpa diikuti dengan penerapan pola tanam. Dengan demikian dalam hamparan lahan yang luas terdapat satu varietas tanaman dalam semua tingkatan umur dari semaian sampai tanaman siap panen.  Agroekosistem seperti ini menyediakan makanan dalam jumlah yang cukup dan terus menerus bagi hama-hama tanaman, sehingga hama-hama dapat tumbuh dan berkembang biak dengan baik mencapai jumlah populasi yang merusak atau merugikan secara ekonomis.

6. Musim Tanam yang Salah
Pada tanaman semusim, musim tanam di suatu daerah tidak selalu sama, namun selalu berkaitan dengan ketersediaan air.  Pada daerah irigasi musim tanam tergantung dari tersedianya air pada sumber dan saluran irigasi, sedangkan di daerah yang tidak beririgasi musim tanam tergantung dari kapan hujan mulai turun (musim hujan). Penanaman yang terlalu cepat atau terlambat umumnya akan menimbulkan masalah serangan hama tertentu, namun sebaliknya keterlambatan penanaman dapat menghindari serangan hama tertentu.  Jadi dalam hal fenologi umur tanaman dengan serangan hama perlu dipelajari secara kasus per kasus.

7. Immigrasi
Makhluk-makhluk hidup, termasuk yang tergolong hama, mampu bermigrasi dari suatu tempat ke tempat lain, sering sampai melewati batas-batas negara yang melalui rintangan geografis yang luas.  Migrasi yang terjadi dapat secara aktif dengan tenaga sendiri, ataupun pasif dengan bantuan angin, terbawa barang yang dikirim antar negara, terbawa kendaraan dan lain sebagainya. 
Setelah sampai di tempat yang baru hama-hama tersebut membentuk asosiasi yang baru dengan inangnya.  Bila inangnya tidak memiliki daya tahan alamiah dan tidak terdapat musuh alami yang efektif, maka populasi hama tadi dapat berkembang sehingga menjadi wabah.  Misalnya, hama kutu loncat lamtoro (Heteropsylla cubana) pertama kali ditemukan di daerah Bogor sekitar bulan Maret 1986, hanya dalam beberapa bulan saja dilaporkan sudah tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia dan berkembang menjadi wabah yang mematikan sampai ratusan ribu pohon lamtoro.

8. Dampak Negatif Penggunaan Pestisida
Penggunaan pestisida sering menimbulkan masalah baru seperti membunuh organisme bukan sasaran (parasitoid dan predator), resistensi dan resurgensi hama, serta perubahan fisiologi tanaman.  Hal-hal tersebut dapat menyebabkan tingginya populasi hama di lapangan.